Sabtu, 19 September 2015

Pengertian

Tablet adalah bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan obat yang dibuat dengan pemadatan, kedua permukaannya rata atau cembung.Tablet memiliki perbedaan dalam ukuran, bentuk, berat, kekerasan, ketebalan.  Kebanyakan tipe atau jenis tablet dimaksudkan untuk ditelan dan kemudian dihancurkan dan melepaskan bahan obat ke dalam saluran pencernaan.
Tablet dapat diartikan sebagai campuran bahan obat yang dibuat dengan dibantu zat tambahan yang kemudian dimasukan kedalam mesin untuk dikempa menjadi tablet.
·         Menurut FI Edisi IV
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
·         Menurut USP 26 (hal : 2406)
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi.
·         Menurut British Pharmacopeae ( BP 2002)
Tablet adalah Sediaan padat yang mengandung satu dosis dari beberapa bahan aktif dan biasanya dibuat dengan  mengempa sejumlah partikel yang seragam.
·         Menurut Formularium Nasional Edisi II
Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat dengan cara kempa cetakdalam bentuk umumnya tabung pipih yang kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung obat dengan atau tanpa zat pengisi.
·         Menurut ANSEL Edisi IV
Tablet adalah bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai.
·         Menurut Buku Pelajaran Teknologi Farmasi
Tablet adalah sediaan obat padat takaran tunggal. Sediaan ini dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat,umumnya dengan penambahan bahan pembantu,pada mesin yang sesuai dengan menggunakan tekanan tinggi. Tablet dapat memiliki bentuk silinder,kubus, batang dan cakram serta bentuk seperti telur atau peluru.
·         Menurut FI edisi III 1979
Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa – cetak berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengembang, zat pengikat, zat pelican, zat pembasah atau zat lain yang cocok.

Sabtu, 12 September 2015

Penggolongan

 1.      Berdasarkan metode pembuatan :
a.       Tablet cetak
b.      Tablet kempa

a.       Tablet cetak
Dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi umumnya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai perbandingan. Massa serbuk dibasahi dengan etanol prosentase tinggi. Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam sistem pelarut dan derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk yang lembab ditekan dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan. Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering. Tablet cetak agak rapuh, sehingga harus hati-hati dalam pengemasan dan pendistribusian. Kepadatan tablet tergantung pada ikatan kristal yang terbentuk selama proses pengeringan selanjutnya dan tidak tergantung pada kekuatan tekanan yang diberikan
b.      Tablet kempa
Dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan baja. Umumnya tablet kempa mengandung bahan zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak (pewarna diabsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan bahan pengaroma dan bahan pemanis.

Tablet triturat merupakan tablet cetak atau kempa berbentuk kecil, umumnya silindris digunakan untuk memberikan jumlah terukur yang tepat untuk peracikan obat.

2.      Berdasarkan distribusi obat dalam tubuh :
Dibedakan menjadi 2 bagian :
a.       Bekerja lokal : tablet hisap untuk pengobatan pada rongga mulut. Ovula pengobatan pada infeksi divagina.
b.      Bekerja sistemik : peroral.
Tablet yang bekerja sistemik dapat dibedakan menjadi :
1)      Yang bekerja short acting (jangka pendek), dalam satu hari memerlukan beberapa kali menelan tablet.
2)      Yang bekerja long acting (jangka panjang), dalam satu hari cukup menelan satu tablet. Long acting ini dapat dibedakan lagi menjadi :
a.       Delayed Action Tablet (DAT)
Dalam tablet ini terjadi penangguhan pelepasan zat berkhasiat karena pembuatannya sebagai berikut sebelum dicetak granul - granul dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok pertama tidak diapa - apakan, kelompok kedua disalut dengan bahan penyalut yang akan pecah setelah beberapa saat, Kelompok ketiga disalut dengan bahan penyalut yang pecah lebih lama dari mecamnya bahan penyalut dan lama kerja obat yang dikehendaki granul - granul dari semua kelompok dicampurkan dan baru dicetak.
b.      Repeat Action Tablet (RAT)
Granul - granul dari kelompok yang paling lama pecahnya dicetak dahulu menjadi tablet inti (core tablet). Kemudian granul - granul yang kurang lama pecahnya dimampatkan di sekeliling kelompok pertama sehingga terbentuk tablet baru.

3.      Berdasarkan jenis bahan penyalut
Macam - macam tablet salut :
·         Tablet salut biasa / salut gula (dragee), disalut dengan gula dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang tidak larut seperti pati, kalsium karbohidrat, talk atau titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin. Kelemahan salut gula adalah waktu penyalutan lama dan perlu penyalut tahan air.
Tahapam pembuatan salut gula :
1)      Penyalutan dasar (subcoating)
Dilakukan jika tablet mengandung zat yang hygroskopis, menggunakan salut penutup (sealing coat) agar air dari subcoating syrup tidak masuk kedalam tablet.
2)      Melicinkan (smoothing)
Adalah proses agar tablet menjadi bulat dan licin, menggunakan smoothing syrup.
3)      Pewarnaan (coloring)
Dilakukan dengan memberi zat warna yang dicampur pada sirup pelicin.
4)      Penyelesaian (finishing)
Proses terakhir dari penyalutan tablet, yaitu pengeringan salut sehingga terbentuk hasil akhir yang licin.
5)      Pengilapan (polishing)
Yaitu proses yang menghasilkan tablet salut menjadi mengkilap, dengan menggunakan cera.

Gambar 3.1: Coating Pan

·         Tablet salut selaput (film coated tablet / FCT) disalut dengan hidroksipropil metilselulosa, metil selulosa, hidros propil selulosa, Na-cmc dan campuran selulosa asetat ftalat dengan P.E.G yang tidak mengandung air atau mengandung air.
·         Tablet salut kempa : tablet yang disalut secara kempa cetak dengan massa granulat yang terdiri dari laktosa, kalsium fosfat dan zat laim yang cocok.
·         Tablet salut enterik (enteric coated tablet) disebut juga tablet lepas tunda.
Jika obat dapat rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung, diperlukan penyalut enterik yang bertujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
·         Tablet lepas lambat (sustained release), disebut juga tablet dengan efek diperpanjang, efek pengulangan atau tablet lepas lambat.
Dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu tertentu setelah obat diberikan.

            Tujuan penyalutan tablet adalah :
·         Melindungi zat aktif yang bersifat hygroskopis atau tidak tahan terhadap pengaruh udara, kelembaban atau cahaya.
·         Menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
·         Membuat penampilan lebih baik dan menarik.
·         Mengatur tempat pelepasan obat dalam saluran cerna.

       4.      Berdasarkan cara pemakaian
a.       Tablet biasa / tablet telan
dibuat tanpa penyalutan, digunakan peroral dengan cara ditelan, pecah dilambung

Gambar 4.1: Contoh tablet telat (Bodrex)

b.      Tablet kunyah (chewable tablet)
bentuk seperti tablet biasa, digunakan dengan cara dikunyah dalam mulut kemudian ditelan, rasanya umumnya tidak pahit.
Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, meninggalkan residu dengan rasa enak dalam rongga mulut.

Gambar 4.2 : Contoh tablet kunyah (Antasida DOEN)
c.       Tablet hisap (lozenges, trochisi, pastiles)
adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan - lahan dalam mulut.
Gambar 4.3 : Contoh tablet hisap pastiles (Pagoda)
d.      Tablet larut (effervescent tablet)
dibuat dengan cara kempa : selain zat aktif junga mengandung campuran asam (asam sitrat, asam tartrat) dan Natrium bikarbonat yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan karbon dioksida.
Gambar 4.4 : Contoh tablet larut (CDR)
e.       Tablet implantasi (pelet)
tablet kecil, bulat atau oval putih, steril dan bersih hormon steroid, dimasukkan ke dalam kulit dengan cara merobek kulit sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian kulit dijahit.
f.       Tablet hipodermik (hypodermic tablet)
adalah tablet cetak yang dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air, harus steril dan dilarutkan lebih dahulu sebelum digunakan untuk injeksi hipodermik.
g.      Tablet bukal (buccal tablet)
digunakan dengan meletakan tablet diantara pipi dan gusi, sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.

Gambar 4.5 : Contoh tablet bukal (Teokap SR)
h.      Tablet sublingual
digunakan dengan cara meletakan tablet dibawah lidah sehingga zat aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut, diberikan secara oral atau jika diperlukan ketersediaan obat yang cepat seperti halnya tablet nitrogliserin.
Gambar 4.6 : Contoh tablet sublingual (TriVita)


i.        Tablet vagina (ovula)
adalah sediaan padat, umumnya berbentuk telur mudah melemah (melembek) dan meleleh pada suhu tubuh, dapat melarut dan digunakan sebagai obat luar khasus untuk vagina.
Gambar 4.7 : Contoh tablet vagina (Albothyl ovula)

Komponen Tablet

Komponen/formulasi tablet kempa terdiri dari zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna dan lak (bahan warna yang diadsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut) yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis.

1.      Zat aktif, harus memenuhi syarat yang ditentukan farmakope.
2.      Bahan excipient / bahan tambahan
a.       Bahan pengisi (diulent) berfungsi untuk memperbesar volume massa agar mudah dicetak atau dibuat. Contoh : laktosa, pati, kalsium fosfat base dan selulosa mikrokristal.
b.      Bahan pengikat (binder) berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi serta menambah daya kohesi pada bahan pengisi misalnya gom akasia, gelatin, sukrosa, providon, metil selulosa, cmc, pasta pati terhidrolisa, selulosa mikrokristal.
c.       Bahan penghancur / pengembang (desintegran) berfungsi membantu hancurnya tablet setelah ditelan. Misaknya pati, pati dan selulosa yang termodifikasi secara kimia, asam alginat.
d.      Bahan pelicin (lubrikan / lubricant) berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga untuk mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Misalnya asam stearat, minyak nabati terhidrogenasi dan talk.
e.       Glidan adalah bahan yang dapat meningkatkan kemampuan mengalirnya serbuk, misalnya silika pirogenik koloidal.
f.       Bahan penyalut (coating agent)

3.      Ajuvans
a.       Bahan pewarna (colour) dan lak berfungsi meningkatkan nilai estetika atau untuk identitas produk.

b.      Bahan pengharum (flavour) berfungsi menutupi rasa dan bau zat khasiat yang tidak enak, biasanya digunakan untuk tablet yang penggunaannya lama dimulut.

Rabu, 09 September 2015

CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik) dan Cara Pembuatan Tablet

CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik)
CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) adalah pedoman dasar dalam pembuatan obat yang menyangkut seluruh aspek dalam produksi dan pengendalian mutu, meliputi seluruh rangkaian pembuatan obat yang bertujuan untuk menjamin agar produk obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
     Yang dimaksud pengawasan dan pengendalian yang menyeluruh yaitu pengawasan yang dilakukan sejak pengadaan bahan awal, proses pembuatan obat hingga menjadi obat jadi termasuk juga pengawasan terhadap bangunan, peralatan yang digunakan, personalia yang membuat obat, higiene dan sanitasi.

Aspek - aspek CPOB adalah :
1.      Personalia
2.      Bangunan dan lingkungan kerja
3.      Sanitasi
4.      Peralatan
5.      Bahan awal
6.      Produksi
7.      Pengawasan mutu
8.      Dokumentasi
9.      Inspeksi diri
10.  Penanganan terhadap hasil pengamatan, keluhan dan penilaian kembali obat jadi.

Cara Pembuatan Tablet
Bahan obat dan zat - zat tambahan umumnya berupa serbuk, tidak dapat langsung dicampur dan kemudian dicetak menjadi tablet, karena akan ambyar dan mudah pecah. Campuran serbuk itu harus diubah menjadi granul-granul, yaitu kumpulan serbuk dengan volume lebih besar yang melekat satu dengan yang lain. Cara mengubah serbuk menjadi granul ini disebut granulasi.

Tujuan granulasi :
1.      Supaya sifat alirannya baik (free flowing) granul dengan volume tertentu dapat mengalir teratur jumlah yang sama kedalam mesin pencetak tablet.
2.      Ruang udara dalam bentuk granul jumlahnya lebih kecil jika dibanding bentuk serbuk jika diukur dalam volume yang sama.
3.       Pada saat dicetak, tidak mudah melekat pada stampel (punch) dan mudah lepas dari matris (die).

Cara pembuatan tablet dibagi 3 cara, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung.
Tujuan granulasi basah dan kering adalah untuk meningkatkan aliran campuran dan atau kemampuan kempa.

·         Granulasi basah
Dilakukan dengan mencampur sampai homogen, lalu dibasahi dengan larutan bahan pengikat, bila perlu ditambah bahan pewarna, setelah itu diayak menjadi granul dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu 40° - 50° C (tidak lebih dari 60° C).

·         Granulasi kering / slugging / pre compression
Dilakukan dengan mencampurkan zat berkhasiat, zat pengisi dan zat penghancur, bila perlu ditambahkan zat pengikat dan zat pelicin menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa cetak tekanan tinggi, sehingga menjadi tablet besar yang disebut slugs.
Keuntungan, tidak diperlukan panas dan kelembapan dalam proses granulasi kering ini serta penggunaan alatnya lebih sederhana.
Kerugian, menghasilkan tablet yang kurang tahan lama dibanding dengan cara granulasi basah

·         Cetak / kempa langsung, dilakukan apabila :
      1.      Jumlah zat khasiat pertabletnya cukup untuk dicetak.
      2.      Zat khasiatnya mempunyai sifat alis yang baik.
      3.      Zat khasiatnya berbentuk kristal yang bersifat free-flowing.
Bahan pengisi untuk kempa langsung yang paling banyak digunakan adalah selulosa mikrokristal, laktosa anhidrat, laktosa semprot-kering, sukrosa yang dapat dikempa dan beberapa pati termodifikasi. Misalnya tablet Hexamin, tablet NaCl, tablet KMnO4

Macam - Macam Kerusakan pada Pembuatan Tablet


1.      Binding : Kerusakan tablet yang disebabkan massa yang akan dicetak melekat pada dinding ruang cetakan.
2.      Sticking / picking : Pelekatan yang terjadi pada punch atas dan bawah yang disebabkan permukaan punch tidak licin, pencetak masih ada lemaknya, zat pelicin kurang, massanya basah.
3.      Whiskering : Terjadi karena pencetak tidak pas dengan ruang cetakan, terjadi pelelehan zat aktif saat pencetakan pada tekanan tinggi. Akibatnya pada penyimpanan dalam botol-botol, sisi-sisi yang lebih akan lepas dan menghasilkan bubuk.
4.      Spliting / caping
Spliting : lepasnya lapisan tipis dari permukaan tablet terutama pada bagian tengah.
Caping : membelahnya tablet dibagian atasnya.
Penyebabnya adalah:
a.       Daya pengikat dalam massa tablet kurang.
b.      Massa tablet terlalu banyak fines, terlalu banyak mengandung udara sehingga setelah dicetak udara akan keluar.
c.       Tenaga yang diberikan pada pencetakkan tablet terlalu besar, sehingga udara yang berada diatas massa yang akan dicetak sukar keluar dan ikut tercetak.
d.      Formulanya tidak sesuai.
e.       Die dan punch tidak rata
5.      Motling : Terjadi karena zat warna tersebar tidak merata pada permukaan tablet.

6.      Crumbling : Tablet menjadi retak dan rapuh. Penyebabnya adalah kurang tekanan pada pencetakan tablet dan zat pengikatnya kurang.

Selasa, 08 September 2015

Syarat Tablet menurut FI edisi III & FI edisi IV

Prosedur ini dilakukan dalam IPC (In Process Control) pada pembuatan tablet. IPC adalah pengujian yang dilakukan selama proses produksi dalam industri farmasi. Pengujian yang dilakukan adalah:
1.      Keseragaman ukuran (FI ed. III)
Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebalnya tablet.
2.      Keseragaman Bobot (FI ed III) dan Keseragaman sediaan (FI ed. IV)
·         Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot ditetapkan sebagai berikut (FI ed. III):
a.       Ditimbang 20 tablet dan dihitung bobit rata-ratanya
b.      Jika ditimbang satu persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom “A” dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga dalam kolom “B”.
c.       Jika perlu dapat diulang dengan 10 tablet dan tidak boleh ada satu tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom “A” maupun kolom “B”.
Tablet 1.1: Syarat keseragaman bobot tablet

Bobot rata-rata tablet
Penyimpangan bobot rata-rata dalam %
A
B
< 25mg
15
30
26 - 150 mg
10
20
151 - 300 mg
7,5
15
>300 mg
5
10
·         Keseragaman Sediaan
      Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode, yaitu keragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan keseragaman bobot dilakukan terhadap tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau lebih yang merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan. Keseragaman bobot bukan merupakan indikasi yang cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan bagian kecil dari tablet atau jika tablet bersalut gula.
      Oleh karena itu, umumnya farmakope mensyaratkan tablet bersalut dan tablet yang mengandung zat aktif 50 mg atau kurang dan bobot zat aktif lebih kecil dari 50% bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman kandungan yang pengujiannya dilakukan pada tiap tablet. (FI ed. IV)
3.      Waktu Hancur dan Disolusi (FI ed. III dan FI ed. IV)
Gambar 1.1 : Desintegration Tester
Alat untuk menguji waktu hancur adalah Desintegration Tester. Cara kerjanya:
Memasukkan 5 tablet (menurut FI ed. III) atau 6 tablet (menurut FI ed. IV) ke dalam keranjang, turun-naikkan keranjang secara teratur 30 kali tiap menit. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali fragmen berasal dari zat penyalut. Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan kelima tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet bersalut gula dan bersalut selaput.
Jika tablet tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan tablet satu persatu, kemudian ulangi menggunakan 5 tablet dengan cakram penuntun. Dengan pengujian ini tablet harus memenuhi syarat diatas.

Waktu hancur tablet salut enterik
Lakukan pengujian waktu hancur menggunakan alat dan menurut cara tersebut di atas, air diganti dengan lebih kurang 250 ml asam klorida (HCl) 0.06 N.
Pengerjaan dilakukan selama 3 jam, tablet tidak larut kecuali zat penyalut. Angkat keranjang, cuci segera tablet dengan air. Ganti larutan asam dengan larutan dapar pH 6,8 atur suhu antara 36° dan 38°, celupkan keranjang ke dalam larutan tersebut.

Lanjutkan pengujian selama 60 menit. Pada akhir pengujian tidak terdapat bagian tablet di atas kasa kecuali fragmen zat penyalut. Jika tidak memenuhi syarat ini, ulangi pengujian menggunakan 5 tablet dengan cakram penutun. Dengan cara pengujian ini, tablet harus memenuhi syarat diatas.


Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan melalui mulut, kecuali tablet yang harus dikunyah sebelum ditelan dan beberapa jenis tablet lepas-lambat dan lepas-tunda.


Kecuali dinyatakan lain, lakukan penetapan cara yang tertera pada waktu hancur tablet, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan tablet bukal tidak lebih dari
4 jam.

4.      Kekerasan Tablet (FI ed. III)
Gambar 1.2 : Hardness Tester
Pengukuran kekerasan tablet digunakan untuk mengetahui kekerasannya, agar tablet tidak terlalu rapuh atau terlalu keras. Kekerasan tablet ini erat hubungannya dengan ketebalan tablet, bobot tablet dan waktu hancur tablet. Alat yang digunakan untuk pengukuran kekerasan tablet adalah Hardness tester atau dengan tiga jari tangan.
5.      Keregasan Tablet (Friability)
Friability adalah persen bobot yang hilang setelah tablet diguncang. Penentuan keregasan atau kerapuhan tablet dilakukan terutama pada waktu tablet akan dilapis (coating). Alat yang digunakan disebut Friability tester.
Gambar 1.3 : Friability Tester
Caranya:
·         Bersihkan 20 tablet dari debu, kemudian ditimbang (W1 gram)
·         Masukkan tablet ke dalam alat
·         Putar alat tersebut selama 4 menit (kecepatan 20 rpm)
·         Keluarkan tablet, bersihkan dari debu, dan ditimbang (W2 gram)
·         Kerapuhan tablet yang didapat adalah W1 - W2 / W1 x 100%
·         Batas kerapuhan yang diperbolehkan maksimal 0,8%